LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II
“ PEMERIKSAAN BILIRUBIN
DIRECT, BILIRUBIN INDIRECT
DAN BILIRUBIN TOTAL ”
Disusun
oleh :
Kelompok
: III
Wiwin
Nur Haliza ( 151510113032)
D3
ANALIS MEDIS
FAKULTAS
VOKASI
UNIVERSITAS
AIRLANGGA
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Untuk mengetahui kadar Bilirubin Direct (D)
dan Bilirubin Total (T)
1.2
Dasar teori
Bilirubin adalah produk dari
eritrosit yang rusak atau dari atabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi
dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzym yang kompleks yaitu
heme oksigenase (Baron . D. N,1981). Kerusakan eritrosin akan menyebabkan
keluarnya bilirubin. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari
perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut
dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin
untuk diangkut dalam plasma menuju hati( Sacher A, 2004). Bilirubin ini adalah
bilirubin tak terkonjugasi yang tidak larut dalam air. Bilirubin yang
terkonjugasi akan dengan cepat bereaksi dengan asam sulfanil yang terdiazotasi
membentuk azobilirubin atau bilirubin langsung (direct bilirubin)
(Baradero et. al.,2008). Bilirubin
terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk
azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi
dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain
Sindroma Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis,
Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat
dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin dengan hasil negative
(Riswanto, 2009)
Bilirubin tak terkonjugasi ini diikat oleh albumin dan
protein lain, kemudian beredar melalui peredaran darah. Setibanya di dalam hepar,
bilirubin tak terkonjugasi dilepas oleh hepar dari albumin, kemudian digabung
dengan glukoronid sehingga dapat melarut dalam air dan disebut bilirubin
terkonjugasi (Baradero et. al.,2008). Peningkatan kadar
bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan oleh gangguan
ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma Dubin Johson dan Rotor,
Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis, Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi
saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat dengan pemeriksaan urobilin dalam
tinja dan urin dengan hasil negative (Riswanto, 2009)
Melalui kanakuli, bilirubin terkonjugasi ikut dengan empedu
dan masuk ke vesika felea dan duodenum. Dalam duodenum, bilirubin terkonjugasi
diubah menjadi urobilinogen. Sebagian urobilinogen ini dikeluarkan melalui
feses dalam bentuk sterkobilin, yang memberi warna pada feses, dan sebagian
diabsorbsi. Setelah itu, direabsorbsi, setibanya di dalam hepar, hepar
melepaskannya ke dalam darah untuk diambil kembali, yang lain dikeluarkan
melalui urine (Baradero et. al.,2008)
Bilirubin
terkonjugasi yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus terlebih
dahulu dicampur dengan alcohol, kafein, atau pelarut lain sebelum dapat
bereaksi, dan sering disebut sebagai bilirubin tidak langsung (indirect
bilirubin) (Joy ce, 2007). Peningkatan kadar bilirubin indirek
mempunyai arti dalam diagnosis penyakit bilirubinemia karena payah jantung
akibat gangguan dari delivery bilirubin ke dalam peredaran darah. Pada keadaan
ini disertai dengan tanda-tanda payah jantung, setelah payah jantung diatasi
maka kadar bilirubin akan normal kembali dan harus dibedakan dengan chardiac
chirrhosis yang tidak selalu disertai bilirubinemia (Riswanto, 2009) .
Dalam uji laboratorium, bilirubin
diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direct. Sedangkan bilirubin
indirect diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dengan bilirubin
direct. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri
yang mengukur intensitas warna azobilirubin.
II. METODE PRAKTIKUM
2.1
Metode
2.1.1 Metode bilirubin total : metode Jendrassik / Grof C.
2.1.1 Metode bilirubin total : metode Jendrassik / Grof C.
2.1.2 Metode bilirubin
direk :
metode Jendrassik / Grof C.
2.2
Metode Kerja
2.2.1 Alat
dan Bahan
1. Alat
a)
Centrifuge b)
Tabung reaksi
c)
Rak tabung reaksi d)
Mikropipet 100 µL
e)
Mikropipet 1000 µL f)
Fotometer
g)
waterbath h)
pipet pastur
2.
Bahan
a) serum
darah
Reagen
bilirubin total
Reagen T-Nitrit (Natrium Nitrit),
Reagen T-Nitrit (Natrium Nitrit),
b) serum darah
Reagen
Bilirubin Direct
reagen D-Nitrit
reagen D-Nitrit
2.2.2 cara kerja
a.
penentuan kadar bilirubin total
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||
|
a. penentuan kadar bilirubin total
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||
|
III.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
3.1.1. Hasil
penentuan kadar bilirubin total darah
Kelompok
|
Sampel
|
Albumin ( mg/dl )
|
Keterangan
|
3
|
A
|
1,65
|
Tinggi
|
3
|
B
|
0,48
|
Normal
|
Keterangan kadar bilirubin total:
·
Pada
saat lahir : s.d. 5 mg/dl atau 85,5 mmol/liter
·
Umur
5 hari : s.d. 12 mg/dl atau 205,0 mmol/liter
·
Umur s.d. 1 bulan : s.d. 1,5 mg/dl atau 25,6
mmol/liter
·
Dewasa : 1,1 mg/dl atau 18,8 mmol/liter
3.1.2. Hasil
penentuan kadar bilirubin direk darah
Kelompok
|
Sampel
|
Albumin ( mg/dl )
|
Keterangan
|
3
|
A
|
0,44
|
Tinggi
|
3
|
B
|
0,6
|
Normal
|
Keterangan kadar bilirubin direk :
·
Dewasa
: 0,25 mg/dl atau 4,3 mmol/liter
3.1.3. Hasil
penentuan kadar bilirubin indirek darah
Kelompok
|
Sampel
|
Albumin ( mg/dl )
|
Keterangan
|
3
|
A
|
1,21
|
Tinggi
|
3
|
B
|
0,42
|
Normal
|
Keterangan kadar globulin :
·
Dewasa
: 0.1-1.0 mg/dl
.
3.1
Pembahasan
Pengukuran kadar bilirubin serum merupakan yang sering digunakan sebagai
indikator yang peka untuk fungsi hati. Bilirubin terbagi atas dua komponen
yaitu, bilirubin terkonjugasi ( bilirubin direk ) dan yang tak terkonjugasi
(bilirubin indirek). Pada praktikum, dilakukan pemeriksaan fungsi hati
bilirubin total dan direk yang masing – masingnya menggunakan sampel
serum yang diperiksa secara fotometrik menggunakan spektofotometer dengan
reagen kit , yaitu untuk pemeriksaan bilirubin total yang terdiri
dari larutan reagen bilirubin total dan reagen T-Nitrit sedangkan
pemeriksaan bilirubun direk dengan larutan reagen direk dan reagen D-Nitrit
sedangkan untuk pemeriksaan bilirubin indirek tidak dilakukan tetapi dihitung
sebagai perbedaan antara bilirubin total dan fraksi direk.
Pada
pemeriksaan bilirubin total, sampel tersebut diperiksa
dengan melakukan penambahan reagen bilirubin total sebanyak 1000 µI dan 1 tetes
larutan T- Nitrit, fungsi penambahan reagen ini adalah sebagai
akselerator guna mempercepat reaksi dengan membentuk zat warna azo. Kemudian
reagen tersebut diinkubasi selama 5 menit berguna untuk mempercepat reaksi
dimana analit-analit pada sampel akan berikatan dengan sampel sehingga terjadi
reaksi yang sempurna.setelah itu dilakukan penambahan sampel sebanyak 100 µI
dan dilakukan inkubasi selama 10- 30 menit setelah itu diperiksa terlebih
dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal ini digunakan sebagai pembanding.
Lalu diperiksa secara fotometrik pada spektofotometer, dengan prinsip reaksinya
yaitu terjadi dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan natrium nitrit
menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan
bilirubin dan accelator membentuk zat warna azo.
Sehingga hasil yang diperoleh pada
pameriksaan bilirubin total pada sampel A ialah 1,65 mg/dl, Hasil yang
diperoleh yaitu tinggi karena berada pada di atas range normal untuk orang
dewasa yaitu 1,1 mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya terjadi
gangguan pada hati, Adapun
hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan kadar bilirubin total dan adalah
sebagai berikut: terjadi ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis
(kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B,
klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin),
sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid),
alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran,
diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin),
flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid,
steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K. sedangkan pada sampel B
hasilnya ialah 0.48 mg/dl,
Hasil yang diperoleh yaitu normal karena
berada pada range normal untuk orang dewasa yaitu 1,1 mg/dl
Pada pemeriksaan bilirubin direk, sampel tersebut diperiksa dengan melakukan penambahan reagen bilirubin total sebanyak 1000 µI dan 1 tetes larutan D- Nitrit, fungsi penambahan reagen ini adalah sebagai akselerator guna mempercepat reaksi dengan membentuk zat warna azo. Kemudian reagen tersebut ditambahkan sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan inkubasi selama 10-30 menit setelah itu diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal ini digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara fotometrik pada humalyzer, dengan prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan bilirubin dan akselerator berupa senyawa caffein yang berada didalam komposisi reagen sehingga membentuk zat warna azo. Dari praktikum hasil yang diperoleh pada pemeriksaan bilirubin direk pada sampel A adalah 0,44 mg/dl, Hasil yang diperoleh yaitu tidak normal dimana hasilnya berada di atas range normal untuk orang dewasa yaitu 0,25 mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya terjadi gangguan, Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan kadar bilirubin direk adalah sebagai berikut: eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin , sedangkan pada sampel B hasilnya adalah 0,06 mg/dl, Hasil yang diperoleh yaitu normal dimana hasilnya berada range normal untuk orang dewasa yaitu 0,25 mg/dl
Sedangkan bilirubin indirek tidak diukur secara langsung tetapi. bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk hal ini disebabkan karena bilirubin total melibatkan pelarutan bentuk tidak terkonjugasi sebelum kuantifikasi kimiawi. Dengan demikian hasil yang diperoleh untuk bilirubin indirek adalah hasil kurang antara bilirubin total dan bilirubin direk sehingga hasilnya pada sampel A adalah (1,65 mg/dl – 0,44mg/dl) = 1,21 mg/dl sehingga diinterpretasikan terjadi gangguan fungsi hati,dengan melihat range nilai normal bilirubin indirect adlah 0.1-1.0 mg/dl.
Pada pemeriksaan bilirubin direk, sampel tersebut diperiksa dengan melakukan penambahan reagen bilirubin total sebanyak 1000 µI dan 1 tetes larutan D- Nitrit, fungsi penambahan reagen ini adalah sebagai akselerator guna mempercepat reaksi dengan membentuk zat warna azo. Kemudian reagen tersebut ditambahkan sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan inkubasi selama 10-30 menit setelah itu diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal ini digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara fotometrik pada humalyzer, dengan prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan bilirubin dan akselerator berupa senyawa caffein yang berada didalam komposisi reagen sehingga membentuk zat warna azo. Dari praktikum hasil yang diperoleh pada pemeriksaan bilirubin direk pada sampel A adalah 0,44 mg/dl, Hasil yang diperoleh yaitu tidak normal dimana hasilnya berada di atas range normal untuk orang dewasa yaitu 0,25 mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya terjadi gangguan, Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan kadar bilirubin direk adalah sebagai berikut: eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin , sedangkan pada sampel B hasilnya adalah 0,06 mg/dl, Hasil yang diperoleh yaitu normal dimana hasilnya berada range normal untuk orang dewasa yaitu 0,25 mg/dl
Sedangkan bilirubin indirek tidak diukur secara langsung tetapi. bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk hal ini disebabkan karena bilirubin total melibatkan pelarutan bentuk tidak terkonjugasi sebelum kuantifikasi kimiawi. Dengan demikian hasil yang diperoleh untuk bilirubin indirek adalah hasil kurang antara bilirubin total dan bilirubin direk sehingga hasilnya pada sampel A adalah (1,65 mg/dl – 0,44mg/dl) = 1,21 mg/dl sehingga diinterpretasikan terjadi gangguan fungsi hati,dengan melihat range nilai normal bilirubin indirect adlah 0.1-1.0 mg/dl.
IV. PENUTUP
4.1
Kesimpulan
·
Kadar total bilirubin pada pada sampel A tergolong
tinggi yaitu sebesar 1,65 mg/dl dan sampel B tergolong
normal yaitu sebesar 0,48 mg/dl, sebab
karena pada Dewasa
rentang nilai normalnya yaitu : 1,1
mg/dl atau 18,8 mmol/liter
·
Kadar bilirubin direk pada pada sampel A tergolong
tinggi yaitu sebesar 0,44 mg/dl dan sampel B tergolong normal yaitu sebesar 0,06 mg/dl, sebab karena pada Dewasa rentang nilai normalnya yaitu
: 0,25 mg/dl atau 4,3 mmol/liter mmol/liter
·
Kadar
bilirubin indirek pada pada sampel A A tergolong
tinggi yaitu sebesar 1,21 mg/dl dan sampel B tergolong normal yaitu sebesar 0,42 mg/dl, sebab karena pada Dewasa rentang nilai normalnya yaitu
: :
0.1-1.0 mg/dl
DAFTAR
PUSTAKA
Baradero, M, M.W Ddayrit dan Y Siswadi. 2008. Klien Gangguan
Hati: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Baron . D. N.1981. kapita selekta patologi klinik . Jakarta
:penerbit buku kedokteran (EGC) .
Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium & Diagnostik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Riswanto ; 2009 Tes kimia darah
laboratorium kesehatan ; diakses tanggal 4 maret 2011
Sacher A. Ronald dan Richard A. McPherson . 2004. tinjauan klinis hasil pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta : penerbit buku Kedokteran
EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar